Welcome To My Paradise

Kamis, 29 Mei 2014

Pengaruh Bisnis Retail Terhadap Pendapatan Daerah dan Nasional

PENDAHULUAN
1.1       LATAR BELAKANG
Bisnis Ritel di Indonesia secara umum dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu, ritel modern dan ritel tradisional. Ritel modern merupakan pengembangan dari ritel tradisional yang pada praktiknya mengaplikasikan konsep yang modern, pemanfaatan teknologi, dan mengakomodasi perkembangan gaya hidup di masyarakat (konsumen).

Persaingan sengit dalam industri ritel telah melanda negara-negara maju sejak abad yang lalu, khususnya di Amerika Serikat dan Eropa Barat. Persaingan terjadi terutama antara usaha ritel tradisional dan ritel modern (supermarket dan hipermarket). Namun, menjelang dekade akhir milenium lalu persaingan telah meluas hingga ke negara-negara berkembang, di mana deregulasi sektor usaha ritel yang bertujuan untuk meningkatkan investasi asing langsung (IAL) telah berdampak pada pengembangan jaringan supermarket (Reardon & Hopkins 2006). Reardon et al (2003) menemukan bahwa sejak 2003 pangsa pasar supermarket di sektor usaha ritel makanan di banyak Negara berkembang seperti Korea Selatan, Thailand, Taiwan, Meksiko, Polandia, dan Hongaria telah mencapai 50%. Di Brazil dan Argentina, di mana perkembangan supermarket telahlebih dulu dimulai, pangsa pasarnya mencapai sekitar 60%. Traill (2006) menggunakan berbagai asumsi dan memprediksi bahwa menjelang 2015, pangsa pasar supermarket akan mencapai 61% di Argentina, Meksiko, dan Polandia; 67% di Hongaria; dan 76% di Brazil.

Sejarah ritel modern di Indonesia dimulai dari tahun 1960-an. Pada saat itu muncul Department Store pertama yaitu Sarinah yang berada di pusat Jakarta. Dalam kurun waktu 15 tahun setelahnya, bisnis retail di Indonesia dapat dikatakan tidak berkembang cukup pesat atau berkembang dalam level yang sangat rendah. Hal ini dikarenakan dengan kebijakan ekonomi Bapak Soeharto pada awal masa pemerintahan Orde Baru yang lebih banyak membangun investasi di bidang eksploitasi hasil alam (tambang & tembakau), disbanding dengan sector usaha ritel barang dan jasa.

Awal tahun 1990-an menjadi titik awal perkembangan bisnis ritel di indonesia. Ditandai dengan mulai beroperasinya salah satu perusahaan ritel besar dari Jepang yaitu "SOGO". Selanjutnya dengan dikeluarkannya Keputusan Presiden No. 99/1998, yang menghapuskan larangan investor dari luar untuk masuk ke dalam bisnis ritel di indonesia, perkembangannya menjadi semakin pesat.

Dan bisnis retail ini sangat berpengaruh dalam pertumbuhan ekonomi daerah bahkan ekonomi nasional. Karena pendapatan yang dihasilkan sangatlah besar. Bahkan mencapai >10% dari pendapatan nasional dihasilkan oleh bisnis retail yang tersebar di seluruh kota di Indonesia.

1.2       TUJUAN
Tujuan dibuatnya makalah ini adalah untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan bisnis retail serta pengaruh bisnis retail terhadap pertumbuhan ekonomi daerah ataupun ekonomi nasional. Dan juga bisnis-bisnis retail yang signifikan dengan pertumbuhan pasar rumah tangga, pasar komoditi, dan sector swasta.



PEMBAHASAN



Bisnis Ritel secara umum adalah kegiatan usaha menjual aneka barang atau jasa untuk konsumsi langsung atau tidak langsung. Dalam matarantai perdagangan bisnis ritel merupakan bagian terakhir dari proses distribusi suatu barang atau jasa dan bersentuhan langsung dengan konsumen.

Bisnis Ritel di Indonesia sebenarnya terbagi menjadi dua, yaitu Ritel Tradisional dan Ritel Modern. Namun seiring berjalannya waktu, ritel tradisional banyak ditinggalkan oleh para konsumen. Sehingga peningkatan bisnis ritel modern di Indonesia melonjak tajam.

Adapun perbedaan bisnis retail tradisional dengan bisnis retail modern adalah bisnis retail tradisional adalah bisnis yang dibangun dan dikelola oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, Swasta, Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah termasuk kerjasama dengan swasta dengan tempat usaha berupa toko, kios, los dan tenda yangdimiliki/dikelola oleh pedagang kecil, menengah, swadaya masyarakat atau koperasi dengan usaha skala kecil, modal kecil dan dengan proses jual beli barang dagangan melalui tawar menawar. Seperti pasar tradisional, toko kelontong, dan lain-lain. Sedangkan bisnis retail modern berdasarkan definisi yang tertuang dalam Keputusan Presiden RI No. 112/Th. 2007, adalah:

1.      Minimarket :
- Produk dijual : kebutuhan rumahtangga, makanan dan termasuk kebutuhan harian.
- Jumlah produk : < 5000 item
- Luas gerai : maks. 400m2
- Area Parkir : terbatas
- Potensi penjualan : maks. 200 juta

2. Supermarket:
- Produk dijual : kebutuhan rumahtangga, makanan dan termasuk kebutuhan harian.
- Jumlah produk : 5000-25000 item
- Luas gerai : 400-5000m2
- Area Parkir : sedang (memadai)
- Potensi penjualan : 200 juta- 10 milliar

3. Hypermarket:
- Produk dijual : kebutuhan rumahtangga, makanan dan termasuk kebutuhan harian, textile, fashion, furniture, dll.
- Jumlah produk : >25000 item
- Luas gerai : > 5000 m2
- Area Parkir : sangat besar
- Potensi penjualan : > 10 milliar
           
Banyak perbedaan yang dihadirkan bisnis rital tradisional maupun bisnis ritail modern. Sehingga kini di kabupaten atau kota bahkan desa di Indonesia, “bisnis retail” terlebih bisnis ritel modern mulai banyak dilirik kalangan pengusaha, sebab memiliki pengaruh positif terhadap jumlah lapangan pekerjaan dan keuntungannya yang menjanjikan.

Dalam 6 tahun terakhir, perkembangan ketiga format modern market di atas sangatlah tinggi. konsepnya yang modern, adanya sentuhan teknologi dan mampu memenuhi perkembangan gaya hidup konsumen telah memberikan nilai lebih dibandingkan dengan market tradisional. Selain itu atmosfer belanja yang lebih bersih dan nyaman, semakin menarik konsumen dan dapat menciptakan budaya baru dalam berbelanja.

Munculnya konsep ritel baru seperti hipermarket, supermarket, dan minimarket, yang termasuk ke dalam jenis ritel modern (pasar modern) merupakan peluang pasar baru yang dinilai cukup potensial oleh para pebisnis ritel, namun dilain sisi dapat mengancam keberadaan pasar tradisional yang belum dapat bersaing dengan pasar modern terutama dalam hal manajemen usaha dan permodalan. Dari waktu ke waktu jumlah pasar modern cenderung mengalami pertumbuhan positif sedangkan pasar tradisional cenderung mengalami pertumbuhan negatif.

Dalam periode enam tahun terakhir, dari tahun 2007–2012, jumlah gerai ritel modern di Indonesia mengalami pertumbuhan rata-rata 17,57% per tahun. Pada tahun 2007, jumlah usaha ritel di Indonesia masih sebanyak 10.365 gerai, kemudian pada tahun 2011 mencapai 18.152 gerai tersebar di hampir seluruh kota di Indonesia. Pertumbuhan jumlah gerai tersebut tentu saja diikuti dengan pertumbuhan penjualan.

Untuk penyebaran toko, paling banyak di Pulau Jawa dengan 57 persen, dan Sumatera dengan 22 persen, sisanya 21 persen ada di pulau lain. Bisnis ritel lebih cepat tumbuh di pinggiran kota, karena banyaknya pemukiman di lokasi tersebut. Daerah inilah yang menjadi target dari ritel modern jenis minimarket.

Berdasarkan sebaran geografisnya, gerai-gerai Pasar Modern tersebut terkonsentrasi di Pulau Jawa. Pada 2008, dari sekitar 11.866 gerai Pasar Modern, sekitar 83% diantaranyaberlokasi di Pulau Jawa (Tabel 4). Propinsi DKI Jakarta, Jawa Barat dan Jawa Timur senantiasa menjadi daerah dengan jumlah gerai Pasar Modern terbanyak. Terkonsentrasinya gerai-gerai Pasar Modern di Pulau Jawa tidak lepas dari kondisi dimana konsentrasi penduduk dan pusat perekonomian Indonesia memang berada di pulau ini

Menurut survei Nielsen dalam Hartati (2006), jumlah pusat perdagangan modern di Indonesia, baik hipermarket, supermarket, minimarket, hingga convenience store, meningkat hampir 7,4% selama periode 2003-2005. Dari total 1.752.437 gerai pada tahun 2003 menjadi 1.881.492 gerai di tahun 2005. Hal tersebut justru berbanding terbalik dengan pertumbuhan ritel tradisional yang tumbuh negatif sebesar delapan persen per tahunnya selama periode tahun 2003-2005.
Sekalipun mengalami penurunan jumlah toko yang menjual barang-barang konsumen sebesar 1,3 persen dari tahun 2010, jumlah toko di Indonesia merupakan terbesar kedua di dunia setelah India. Jumlah toko (tradisional dan modern) di Indonesia mencapai 2,5 juta took hal ini dikutip dari Nielsen Executive Director Retail Measurement Services Teguh Yunanto pada tanggal 15/3/2011.

Untuk penyebaran toko, paling banyak di Pulau Jawa dengan 57 persen, dan Sumatera dengan 22 persen, sisanya 21 persen ada di pulau lain. Namun, Teguh menjelaskan, ritel lebih tumbuh di pinggiran kota, mengingat lokasi permukiman banyak di daerah tersebut. Daerah inilah yang menjadi target dari ritel modern jenis minimarket.

Ritel modern tumbuh 38 persen dengan 18.152 toko di Indonesia, dibandingkan tahun 2009. Dari jumlah tersebut, sekitar 16.000 toko merupakan minimarket. Namun format ritel modern lainnya, seperti supermarket justru turun 6 persen, sedangkan hypermarket tumbuh 23 persen dengan 154 toko

Meskipun dinilai memiliki potensi besar seiring daya beli masyarakatnya yang semakin meningkat, pertumbuhan bisnis ritel di Indonesia pada 2013 diprediksikan tidak akan sebesar tahun-tahun sebelumnya. Tahun 2013, pertumbuhan bisnis ini berkisar antara 8-9 persen, lebih rendah dari 11-12 persen pada 2011-2012.

Menurut Asosiasi Perusahaan Ritel Indonesia (Aprindo), pertumbuhan bisnis ritel di Indonesia antara 10%–15% per tahun. Penjualan ritel pada tahun 2006 masih sebesar Rp49 triliun, dan melesat hingga mencapai Rp120 triliun pada tahun 2011. Sedangkan pada tahun 2012, pertumbuhan ritel diperkirakan masih sama, yaitu 10%–15%, atau mencapai Rp138 triliun. Jumlah pendapatan terbesar merupakan kontribusi dari hipermarket, kemudian disusul oleh minimarket dan supermarket

Kota dan Kabupaten Bogor sebagai kawasan pemukiman penduduk yang merupakan daerah penyangga Jakarta, menjadi salah satu daerah yang memiliki tingkat pertumbuhan pasar modern yang cukup pesat selama periode tahun 1997- 2008. Dengan populasi penduduk terbesar di Provinsi Jawa Barat, Kabupaten Bogor yang pada tahun 2007 jumlah penduduknya mencapai 4.316.216 jiwa, menjadi kawasan yang menjanjikan dalam perkembangan bisnis ritel. Begitupun dengan Kota Bogor yang pada tahun 2007 jumlah penduduknya mencapai 866.034 jiwa.

Penelitian ini menganalisis laju pertumbuhan pasar tradisional dan pasar modern di Kota dan Kabupaten Bogor serta faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan jumlah pasar modern di Kota dan Kabupaten Bogor. Metode analisis yang digunakan adalah metode analisis panel data menggunakan data sekunder berupa jumlah pasar modern dan tradisional, populasi penduduk, jumlah rumah tangga, tingkat pendapatan per kapita, jumlah jalan diaspal, potensi listrik negara (daya terpasang) di Kota dan Kabupaten Bogor selama tahun 1997-2008. Hasil analisis menunjukan bahwa pertumbuhan pasar modern di Kota Bogor pada periode tahun 1998-2003 lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pasar modern di Kabupaten Bogor. Sedangkan pada periode tahun 2003-2008, dimana era booming pasar modern mulai berlangsung, pertumbuhan pasar modern di Kota Bogor lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pasar modern di Kabupaten Bogor.

Jumlah pasar tradisional di Kota Bogor pada periode tahun 1998-2003 mengalami pertumbuhan positif sedangkan di Kabupaten Bogor mengalami pertumbuhan yang stagnan atau tidak terjadi pertumbuhan pasar tradisional pada periode tersebut. Namun pada periode tahun 2003-2008 pertumbuhan pasar tradisional di Kota Bogor mengalami pertumbuhan yang negatif. Sedangkan pertumbuhan pasar tradisional di Kabupaten Bogor pada periode tahun 2003-2008 mengalami pertumbuhan yang positif, dimana jumlah pasar tradisional bertambah sebanyak satu unit pada periode tersebut. Faktor yang berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap pertumbuhan pasar modern di Kota dan Kabupaten Bogor adalah populasi penduduk, jumlah rumah tangga dan tingkat pendapatan per kapita. Kenaikan pada populasi penduduk, jumlah rumah tangga, dan pendapatan per kapita di Kota dan Kabupaten Bogor menyebabkan jumlah pasar modern di Kota dan Kabupaten semakin meningkat.

Oleh karena itu, bisnis retail sangatlah berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi daerah maupun nasional. Karena penghasilan dari suatu bisnis retail, terlebih bisnis retail modern dapat membantu pendapatan jumlah per-kapita pada suatu daerah tertentu. Pendapatan per kapita adalah besarnya pendapatan rata-rata penduduk di suatu negara. Pendapatan per kapita didapatkan dari hasil pembagian pendapatan nasional suatu negara dengan jumlah penduduk negara tersebut. Pendapatan per kapita juga merefleksikan PDB per kapita. Pendapatan per kapita sering digunakan sebagai tolok ukur kemakmuran dan tingkat pembangunan sebuah negara; semakin besar pendapatan per kapitanya, semakin makmur negara tersebut.

Meningkatnya jumlah pendapatan perkapita itu dapat membantu suatu daerah untuk membangun kualitas SDM yang terdapat di sana. Serta beberapa persen pendapatan bisnis retail tersebut dapat disalurkan ke pendapatan nasional.

Di jawa timur, lebih dari 16% hasil dari penjualan pada bisnis retail disumbangkan untuk pendapatan nasional. Padahal Jwa Timur bukan kota besar dan jumlah bisnis retail di sana tidaklah begitu banyak. Bayangkan berapa banyak hasil yang dihasilkan oleh kota besar seperti Jakarta untuk disumbangkan ke dalam pendapatan nasional. Bahkan sekarang banyak bisnis retail asing yang menanam saham di Indonesia. Maraknya bisnis retail ini di Indonesia dapat membantu pertumbuhan ekonomi di daerah maupun nasional.

Bisnis retail pun sangat signifikan dengan pertumbuhan pasar rumah tangga, pasar komoditi, dan sector swasta. Namun sekarng ini lebih banyak ditemukan bisnis dalam pasar rumah tangga. Dilihat dari berbagai macam hypermarket hingga supermarket yang terus bersaing dalam pasar.

Indonesia dengan jumlah penduduk sekitar 230 juta merupakan pasar potensial bagi bisnis ritel modern. Dalam sepuluh tahun terakhir bisnis ritel modern dengan format hypermarket, supermarket dan minimarket menjamur, menyusul maraknya pembangunan mall atau pusat perbelanjaan di kota-kota besar. Peritel besar seperti hypermarket dan department store menjadi anchor tenant yang dapat menarik minat pengunjung. Bahkan kini bisnis ritel mulai merambah ke kota-kota kabupaten terutama jenis supermarket dan minimarket. Saat ini bisnis ritel tumbuh pesat di pinggiran kota, mengingat lokasi permukiman banyak di daerah tersebut. 

Dengan dibukanya pintu masuk bagi para peritel asing sebagaimana Keputusan Presiden No. 118/2000 yang telah mengeluarkan bisnis ritel dari negative list bagi Penanaman Modal Asing (PMA), maka sejak itu ritel asing mulai marak masuk ke Indonesia.  Masuknya ritel asing dalam bisnis ini, menunjukkan bisnis ini sangat menguntungkan. Namun di sisi lain, masuknya hypermarket asing yang semakin ekspansif memperluas jaringan gerainya, dapat menjadi ancaman bagi peritel lokal. Peritel asing tidak hanya membuka gerai di Jakarta saja, misalnya Carrefour dalam lima tahun belakangan sudah merambah ke luar Jakarta termasuk ke Yogyakarta, Surabaya, Palembang dan Makassar. Namun saat ini di wilayah DKI pemberian izin minimarket diperketat karena sudah terlalu banyak. 

Keadaan ini mendorong peritel lokal yang sudah lebih dulu menguasai pasar, misalnya Matahari Group yang sebelumnya kuat pada bisnis department store, mengembangkan usahanya memasuki bisnis hypermarket. Demikian juga Hero yang sebelumnya kuat dalam bisnis supermarket, akhirnya ikut bersaing dalam bisnis hypermarket. Bahkan Hero mengubah sejumlah gerai supermarketnya menjadi format hypermarket. 

Hingga saat ini, pangsa pasar modern mencapai 30%, sedangkan pasar tradisional menguasai sekitar 70%. Hal ini menunjukkan peluang bisnis ritel (pasar modern) cukup menjanjikan, setiap tahun selalu muncul dan berdiri gerai baru ritel di kota-kota besar. Saat ini pengusah ritel mulai melebarkan sayap diluar pulau Jawa seperti Sumatra, Sulawesi, Kalimantan dan Maluku.  Sementara itu, peritel besar seperti Carrefour dan Giant memiliki pasar ritel lebih luas dibandingkan competitor lain, sebab selain bermain di segmen hypermarket, kedua peritel ini juga bersaing di segmen supermarket. 

Pertumbuhan gerai ritel makanan di hypermarket rata rata 30% per tahun dan supermarket 7% per tahun dan convenience store/mini market sekitar 15%. Pada tahun 2003, penjualan sektor ritel modern makanan dikuasai oleh supermarket 60%, hypermarket 20% dan sisanya 20% oleh convenience store/mini market.

Permintaan produk kebutuhan sehari-hari (consumer goods) masih merupakan permintaan utama. Produk bahan makanan (groceries) mendominasi sekitar 67% komposisi penjualan barang perdagangan ritel. Sementara untuk produk non-pangan, penjualan pakaian dan sepatu memberikan kontribusi sebesar 30% barang perdagangan ritel, diikuti penjualan barang-barang elektronik sebesar 12% dan penjualan produk kesehatan dan kecantikan sebesar 11%.

Format minimarket mengalami pertumbuhan tertinggi, baik dilihat dari sisi jumlah gerai took maupun pangsa perdagangan ritel penjualan produk Fast Moving Consumer Goods (FMCG). Jumlah minimarket di Indonesia pada tahun 2008 mencapai 10.607 toko dengan pertumbuhan rata-rata per tahun sebesar 17,3%, tertinggi dibandingkan format ritel modern lainnya. Disusul dengan pertumbuhan rata-rata per tahun 16,9%. Sementara itu, pangsa perdagangan ritel minimarket untuk penjualan produk FMCG meningkat cukup signifikan dibandingkan format lainnya, yaitu dari sebesar 5% di tahun 2003 menjadi 16% di tahun 2008.
  

KESIMPULAN
B
Bisnis Retail terbagi menjadi dua macam, yaitu bisnis retail tradisional dan modern. Namun terjadi persaingan pada  ritel tradisional dan ritel modern, berbeda dengan jenis persaingan yang lain, yaitu persaingan antar sesama ritel modern, persaingan antar sesama ritel tradisional, dan persaingan antar suplier, telah sejak awal menempatkan ritel tradisional pada posisi yang lemah.

Perbedaan karakteristik yang berbanding terbalik semakin memperlemah posisi ritel tradisional. Penguatan kemampuan bersaing ritel tradisional dengan demikian menuntut peran serta banyak pihak terutama pemerintah sebagai pemilik kekuasaan regulasi
B


Bisnis retail sangatlah berpengaruh terhadap pertumbuhan perekonomian daerah bahkan nasional. Pada daerah-daerah atau kota-kota besar seperti Jakarta maupun Jawa timur dan Bogor, bisnis retail sangatlah berpengaruh pada pertumbuhan perekonomian daerah bahkan nasional. Karena hasil dari penghasilan pada bisnis retail tersebut, terlebih pada bisnis retail modern dapat membantu tingkat pendapatan per-kapita daerah tersebut. Bahkan  Jawa Timur menyumbangkan 16% dari penghasilan bisnis retailnya untuk pendapatan nasional.

Maka daripada itu bisnis retail sangatlah menjanjikan dan berpengaruh bagi pertumbuhan perekonomian daerah bahkan nasional untuk meningkatkan pendapatan per-kapita daerahnya. Serta membuka lapangan pekerjaan yang membantu meningkatkan kualitas SDM di daerah tersebut.

B
bisnis retail yang signifikan terhadap pertumbuhan pasar rumah tangga, pasar komoditi serta sector swasta adalah bisnis retail modern, yang sekarang telah melonjak tajam. Seperti hypermarket, supermarket maupun minimarket.
           
Tahun ini sudah lebih dari 10.000 gerai minimarket tersebar di seluruh Indonesia. Beragam macam perusahaan yang menaruh saham pada bisnis retail ini. Sebut saja Carrefour, Hero, Giant, Hypermart, hingga Alfamart dan Indomaret. Semua pemegang saham sekarang berlomba-lomba untuk membuat bisnis retail ini karena keuntungan yang didapat sangatlah menjanjikan.





DAFTAR PUSTAKA

September 2013

Pengaruh Perkembangan Ritel Modern terhadap Perekonomian Kota – Kota Kecil
PI: Dr. Ir. Myra P. Gunawan, MT
11-09-2008

Potret Bisnis Ritail di Indonesia by Marina L Pandin

Thursday, October 22, 2009
Bisnis Ritel Modern Indonesia

Retno arieswanti hapsarini




Shttp://erlitabebbyaprilianti.blogspot.com/2014/03/bisnis-retail.html

Bisnis retail yang sangat signifikan terhadap perkembangan

[Type the document title]
                                                      Daftar Isi
Daftar Isi ii

Bab I           Pendahuluan 3
1.1       Latar Belakang  Masalah .......................................................................3
1.2       Perumusan masalah ................................................................................6
          1.3     Tujuan Penulisan …………………....................................6
Bab II         Pembahasan 8
               

Daftar Pustaka 10

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Industri ritel merupakan industri yang strategis bagi perkembangan ekonomi Indonesia. Menurut Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU), Industri ini merupakan sektor kedua terbesar dalam hal penyerapan tenaga kerja di Indonesia, yaitu menyerap sebesar 18,9 juta orang, di bawah sektor pertanian yang mampu menyerap sekitar 41,8 juta orang. Perkembangan industri ritel dalam beberapa tahun terakhir berkembang dengan sangat pesat. Hal ini didorong oleh munculnya kebijakan yang pro terhadap liberalisasi ritel, antara lain diwujudkan dalam bentuk Keputusan Presiden No 96/2000 tentang bidang usaha yang tertutup dan bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan tertentu bagi penanaman modal. Kebijakan tersebut telah menyebabkan tidak adanya lagi pembatasan kepemilikan dalam industri ritel. Setiap pelaku usaha yang memiliki modal cukup untuk mendirikan perusahaan ritel di Indonesia, maka dapat segera melakukannya. Akibatnya, pelaku usaha di industri ini terus bermunculan. Salah satu alasan peritel asing mengembangkan bisnis ritelnya di Indonesia adalah jumlah penduduk Indonesia yang lebih dari 230 juta jiwa yang merupakan pasar potensial dimana penduduk Indonesia merupakan penduduk yang konsumtif. Asosiasi Pengelola Pusat Perbelanjaan Indonesia (APPBI) juga menyatakan bahwa pertumbuhan industri ritel pada tahun 2011 meningkat 20 persen dibandingkan tahun lalu. Pertumbuhan tersebut seiring dengan makin berkembangnya populasi (Meryani, 2011). Peluang bisnis ritel ini membuat usaha eceran pada pasar modern di Indonesia mengalami pertumbuhan pesat, hal ini dapat dilihat dari munculnya perusahaan - perusahaan eceran besar baik asing maupun lokal seperti Alfa, Carefour, Giant, Hypermarket, Ramayana, Maju Bersama, Metro, Suzuya dan lainnya. Adanya berbagai macam bentuk Swalayan modern ini, membuat beragam harapan konsumen terhadap pelayanan dan fasilitas yang diberikan oleh swalayan- swalayan juga semakin tinggi. Keberagaman harapan konsumen ini, mengakibatkan tingkat persaingan yang semakin tinggi antara supermarket baik asing maupun lokal. Saat ini kota besar seperti Surabaya, Bandung, Medan, Makasar, dan Semarang menjadi basis perkembangan supermarket. Kota Medan sebagai kota terbesar ketiga di Indonesia dengan jumlah penduduk 2.097.610 jiwa (BPS Kota Medan 2010) menjadi pasar yang sangat menjanjikan bagi investor lokal maupun asing untuk dapat melakukan investasi dalam bidang bisnis ritel. Salah satu perusahaan pengecer skala besar di Medan adalah Swalayan Macan Yaohan yang berada di bawah naungan Macan Group. Macan Group didirikan pada tahun 1985 dan selama ini tetap menfokuskan bisnisnya dalam supermarket retailing. Di tengah pasar yang potensial dan menjanjikan bagi usaha eceran, Swalayan Macan Yaohan mengalami penurunan jumlah transaksi. Hal ini dapat dilihat dari tingkat kunjungan konsumen per tahun pada Tabel 1.1 berikut:
Tabel 1.1
Jumlah Transaksi Konsumen Swalayan Macan Yaohan Merak Jingga

Tahun

Jumlah
2008
435.988

2009
378.672

2010
252.112


Sumber: Macan Yaohan (2012)
Dari Tabel 1.1 dapat dilihat bahwa terjadi penurunan jumlah transaksi konsumen yang berbelanja di swalayan Macan Yaohan dari tahun ke tahun. Hal ini juga dikatakan oleh Pengamat Perbankan dan Ekonomi, Pandin (2009), bahwa terjadi penurunan secara terus menerus pangsa pasar supermarket. Ini menunjukkan bahwa format supermarket tidak terlalu favourable lagi. Sebab, dalam hal kedekatan lokasi dengan konsumen, supermarket telah kalah bersaing dengan minimarket yang umumnya berlokasi di pemukiman penduduk, sementara untuk range pilihan barang, supermarket tersaingi oleh hypermarket yang menawarkan pilihan barang yang jauh lebih banyak. Dalam kondisi persaingan seperti ini, peritel yang tidak dapat mengantisipasi dan menerapkan strategi yang tepat akan gulung tikar. Mengingat bahwa bisnis ritel adalah industri yang sangat dinamis, sebagai cerminan dari masyarakat yang menjadi konsumennya, perubahan sekecil apapun yang terjadi di masyarakat senantiasa berimbas pada sektor ritel. Upaya untuk meningkatkan kegiatan pemasaran agar dapat bersaing dan mampu meraih keunggulan kompetitif yakni melalui strategi bauran pemasaran eceran yang terdiri dari place, product, price, promotion, personalia dan presentasi atau penampilan. Store atmosphere merupakan salah satu elemen penting dari retailing mix yang mampu mempengaruhi proses keputusan pembelian konsumen, karena dalam proses keputusan pembeliannya konsumen tidak hanya memberi respon terhadap barang dan jasa yang ditawarkan oleh pengecer, tetapi juga memberikan respon terhadap lingkungan pembelian yang diciptakan oleh pengecer, seperti yang dikemukakan oleh Levy dan Weitz dalam Permana (2008:5): “Customer purchasing behavior is also influenced by the store atmosphere”. Artinya bahwa store atmosphere juga dapat mempengaruhi keputusan pembelian konsumen. Store atmosphere merupakan suatu karakteristik yang sangat fisik dan sangat penting bagi setiap bisnis yang berperan menciptakan suasana yang nyaman untuk konsumen dan membuat konsumen ingin berlama-lama berada di dalam toko sehingga secara tidak langsung merangsang konsumen untuk melakukan pembelian. Store atmosphere yang dibuat semenarik mungkin dapat berakibat positif dan akan memberikan keuntungan bagi perusahaan dan hal ini akan membuat konsumen untuk memutuskan pembelian di toko tersebut. Swalayan Macan Yaohan menata atmosfir tokonya melalui kondisi ruangan yang nyaman, pemutaran musik di dalam swalayan serta penjaga toko yang memiliki pengetahuan yang cukup tentang produk sehingga memudahkan konsumen dalam mencari produk yang dibutuhkan. Namun sistem pencahayaan yang terdapat pada swalayan Macan Yaohan kurang baik. Sistem pencahayaan yang bagus akan memberikan kesan kemewahan dan memudahkan konsumen dalam memilih produk. Display merupakan salah satu cara yang digunakan oleh perusahaan dalam melaksanakan promosi penjualan atau sales promotion. Display yaitu pemajangan atau tata letak barang dagangan untuk menarik minat beli konsumen agar terciptanya pembelian. Memajang barang sangat penting dilakukan oleh toko. Dengan melihat barang dagangan, konsumen akan tertarik serta memudahkan konsumen dalam memilih barang yang diinginkan. Display yang baik akan mempengaruhi konsumen untuk melakukan pembelian. Menurut Alma (2008:192), display terbagi atas 3 (tiga) macam yaitu Window display, Interior display, dan Exterior display.
Interior Display adalah pemajangan barang-barang, gambar-gambar, kartu harga dan poster di dalam toko sehingga memberikan informasi kepada konsumen. Interior display merupakan hal yang penting, karena konsumen akan merasa nyaman berbelanja di sebuah toko jika interior display yang dilaksanakan tersusun rapi dan menarik sehingga menciptakan keputusan pembelian bagi konsumen. Pada umumnya konsumen menyenangi Interior Display karena dapat memberikan kesempatan lebih banyak bagi konsumen untuk melihat, memikirkan, memilih barang yang disenangi oleh konsumen, dan lebih memberikan keaktifan pembeli untuk menentukan pilihannya. Adapun implementasi interior display yang dilakukan oleh Swalayan Macan Yaohan agar dapat menarik perhatian konsumen adalah barang pada gondola harus terisi penuh, apabila barang dalam barisan depan sudah habis maka petugas harus memindahkan barang yang ada di barisan belakang ke barisan depan, barang-barang yang dipajang di bagian lantai depan kasir dalam berbagai bentuk adalah berdasarkan permintaan produsen dan disewakan dengan harga yang lebih mahal dibandingkan bagian lain, serta tersedianya tanda penunjuk lokasi produk sehingga memudahkan konsumendalam mencari barang yang dibutuhkan. Namun kelemahan yang terdapat dalam swalayan Macan Yaohan yaitu adanya sebagian produk yang tidak dicantumkan label harga pada raknya. Store atmosphere dan Interior display sebagai salah satu dari bauran pemasaran ritel, apabila telah sukses diterapkan oleh peritel, maka akan berpengaruh terhadap perilaku pembelian konsumen yang akan berakhir pada pengambilan keputusan pembelian. Keputusan pembelian merupakan perilaku pembelian seseorang dalam menentukan suatu pilihan produk untuk mencapai kepuasan sesuai dengan kebutuhan dan keinginan konsumen.
Dalam penulisan ini penulis hanya menggunakan variabel Store atmosphere dan Interior display sebagai salah satu dari retail mix, hal ini dikarenakan dewasa ini konsumen lebih selektif dalam memilih model belanja dan menentukan tempat untuk melakukan pembelian. Tren yang umum, perubahan gaya hidup modern, serta teknologi yang canggih menjadi faktor utama yang
mempengaruhi keputusan konsumen untuk membeli. Disini konsumen tidak hanya memperhatikan dari segi produk dan harga yang ditawarkan saja melainkan perasaan nyaman ketika berada di dalam sebuah gerai ataupun toko. Menurut Utami (2010:66) tempat belanja dan lingkungannya adalah hal yang penting karena 70-80% keputusan pembelian dilakukan di tempat belanja terutama ketika memeriksa barang. Untuk itu, manajemen ritel seharusnya mencoba untuk menciptakan lingkungan tempat belanja yang memotivasi dan nyaman, dengan interior tempat belanja dan pengaturan barang yang menarik. Sedangkan menurut Kotler (2001:15), ketika seorang konsumen masuk ke suatu toko mereka tidak hanya memberikan penilaian produk dan harga yang ditawarkan oleh retailer, tetapi juga memberikan respon terhadap lingkungan yang diciptakan oleh retailer melalui store lay out, display (penataan barang) yang kreatif, desain bangunan yang menarik, pengaturan jarak antar rak, temperatur, dan musik yang dilantunkan.
Hal ini tidak hanya memberikan nilai tambah bagi produk yang dijual, tetapi juga menciptakan suasana yang menyenangkan bagi konsumen sehingga konsumen tersebut memilih toko yang disukainya dan pada akhirnya meningkatkan keputusan pembeliannya. Berdasarkan dari latar belakang yang dikemukakan diatas, Penulis merasa perlu melakukan penulisan ini dengan judul “Pengaruh Store atmosphere dan Interior display Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen pada swalayan Macan Yaohan Merak Jingga Medan.”

1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan masalah dalam penulisan ini sebagai berikut:
1. Apakah store atmosphere dan interior display berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian konsumen pada swalayan Macan Yaohan Merak Jingga Medan.
2. Apakah store atmosphere berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian konsumen pada swalayan Macan Yaohan Merak Jingga Medan.
3. Apakah interior display berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian konsumen pada swalayan Macan Yaohan Merak Jingga Medan.

1.3. Tujuan Penulisan
 Adapun tujuan dalam penulisan ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh store atmosphere dan interior /display terhadap keputusan pembelian konsumen pada swalayan Macan Yaohan Merak Jingga Medan.
2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh store atmosphere terhadap keputusan pembelian konsumen pada swalayan Macan Yaohan Merak Jingga Medan.
3. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh interior display terhadap keputusan pembelian konsumen pada swalayan Macan Yaohan Merak Jingga Medan.

1.4. Manfaat Penulisan
1. Bagi penulis, memberikan kesempatan untuk menerapkan teori yang telah didapatkan di bangku perkuliahan dan menambah wawasan dalam bidang pemasaran ritel yang dalam hal ini untuk mengetahui pengaruh pengaruh store atmosphere dan interior display terhadap keputusan pembelian konsumen pada swalayan Macan Yaohan Merak Jingga Medan.
2. Bagi Program Studi, penulisan ini dapat digunakan sebagai bahan literature dan kepustakaan mengenai store atmosphere dan interior display dan pengaruhnya terhadap keputusan pembelian konsumen.
3. Bagi perusahaan, hasil penulisan ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi manajemen perusahaan ritel dalam penyusunan store atmosphere dan interior display dalam upaya menciptakan keputusan pembelian konsumen.
4. Bagi penulisan selanjutnya, penulisan ini dapat menjadi bahan referensi dan bahan pertimbangan penulisan selanjutnya.

BAB2. PEMBAHASAN
Penelitian ini menggunakan responden pengusaha ritel tradisional di wilayah pinggiran Kota Semarang yang meliputi Kecamatan Gunungpati, Mijen, Tembalang, dan Banyumanik. Jumlah pengusaha yang dijadikan responden sebanyak 120 orang. Dipilih empat kecamatan sebagai obyek penelitian karena pada kecamatan tersebut merupakan wilayah pinggiran kota yang mulai dilirik peritel modern. Responden sebanyak 120 orang pengusaha ritel tradisional terdiri dari 57 orang atau 47,50 % laki-laki dan 63 orang atau 52,50 % perempuan. Hal ini menunjukkan bahwa usaha ritel tradisional merupakan usaha sampingan yang digunakan untuk membantu menopang perekonomian keluarga, dimana laki-laki lebih berperan untuk bekerja pada sektor formal.Untuk usia responden, baik laki-laki maupun perempuan semuanya berada dalam usia produktif. Dalam hal ini usia produktif bisa dikatakan juga sebagai usia kerja yaitu usia antara 17 tahun sampai 65 tahun. Berdasarkan data di lapangan, bila di rata-rata usia responden adalah 44 tahun dengan kisaran usia antara 17 tahun sampai 65 tahun. Dengan kondisi tersebut bisa dikatakan bahwa para pengusaha ini masih memiliki semangat kerja yang tinggi untuk menjalankan usahanya dan dimungkinkan juga untuk dilakukan pengembangan terhadap usaha mereka. Jenis usaha yang dijalankan dan digeluti oleh semua pengusaha ritel masih terfokus pada jenis usaha kelontong (kebutuhan sehari-hari) hal ini lebih dikarenakan keinginan untuk memenuhi kebutuhan pokok konsumen yang tentunya mempunyai segmen pasar yang lebih luas dan juga kemudahan dalam penyediaan barang. Berdasarkan data di lapangan, semua responden beragama Islam, hal ini lebih dikarenakan oleh mayoritas penduduk di masing-masing wilayah obyek penelitian memeluk agama Islam. Untuk tempat kelahiran responden ,sebagian besar responden, 47 orang laki-laki (39,17 %) maupun 59 orang perempuan (49,16 %) lahir di Kota Semarang. Sedangkan 14 orang (10 orang laki-laki atau 8,33 % dan 4 orang perempuan atau 3,33 %) lahir di luar Kota Semarang. Dapat dikatakan mayoritas responden merupakan penduduk asli Semarang, yang tentunya akan sangat menguntungkan dalam menjalankan usahanya karena mereka sudah sangat mengenal karakter lingkungannya. Hal ini juga didukung data di lapangan yang menunjukkan bahwa semua responden saat ini berdomisili atau bertempat tinggal di Semarang. Keadaan ini tentunya sudah disadari oleh responden bahwa faktor efisiensi dan efektifitas dalam menjalankan usaha harus diperhatikan, salah satunya dengan berdomisili di daerah dimana usaha dijalankan. Sebagian besar responden (sebanyak 48 orang atau 40%) yang terdiri dari laki – laki 25 orang atau 20,83 % dan perempuan 23 orang atau 19,17 % memiliki tingkat pendidikan yang rendah yaitu SD, serta masih ditambah responden yang mengisi lainya yaitu 7 orang atau 5,83 % . Jawaban lainnya muncul karena beberapa hal, yaitu: responden tidak pernah sekolah dan responden sudah pernah mengenyam pendidikan dasar (SD) tetapi tidak tamat.
Dengan kondisi ini bisa dikatakan bahwa tingkat pendidikan yang rendah ini akhirnya memaksa atau menuntut mereka untuk menciptakan suatu usaha yang sesuai dengan kemampuan mereka sehingga pilihan terakhir adalah dengan menjadi pengusaha ritel tradisional. Juga dipengaruhi oleh pola pemikiran yang sederhana bahwa pendidikan tinggi tidak diperlukan tetapi yang terpenting adalah bagaimana bisa mencari nafkah dan menambah pemenuhan kebutuhan rumah tangga. Sedangkan 39 orang atau 32,5 % reponden lulusan SMA memilih menjadi pengusaha ritel tradisional karena beberapa sebab, yaitu: jiwa wirausaha yang tinggi, sulitnya mencari pekerjaan, serta tuntutan kebutuhan. Jarak tempat usaha responden dengan ritel modern bila dirata-rata adalah 194 m, dengan range jarak tempat usaha antara 5 sampai dengan 500 m dari ritel modern. Dari data temuan di lapangan ini dapat dikatakan tidak ada kejelasan mengenai berapa jarak yang ideal antara ritel tradisional dengan ritel modern. Sehingga dengan kondisi ini sangat dimungkinkan dampak keberadaan dari ritel modern memiliki pengaruh yang sangat besar bagi keberadaan ritel tradisional. Walaupun dalam ijin pendirian sudah disyaratkan mengenai kajian dampak lingkungan dalam kenyataannya ritel modern tumbuh dengan pesat dan muncul pro dan kontra akan keberadaanya.

BAB 3 . Daftar Pustaka
Departemen Perdagangan RI dan PT Indef
Eramadani (INDEF). 2007. “Kajian
Dampak Ekonomi Keberadaan
Hypermarket Ritel/ Pasar, Kerjasama
antara Pusat Penelitian dan
Pengembangan Perdagangan Dalam
Negeri (Ringkasan Eksekutif)”.


PORTOFOLIO INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN ( IHSG )


NAMA ANGGOTA KELOMPOK

Ø  RANGGA PUTRA PRATAMA                               27213276
Ø  RATNA NURANI                                                     27213313
Ø  RICA RIYANTINI                                                    27213587
Ø  RIZKA NOVRI HARDIYANTI                              27213900
Ø  RIZKY ANDIKA                                                      27213955
Ø  SAULINA BERNADET                                           28213319
Ø  SILVIA NURULSYAH                                            28213489
Ø  SRININGSIH                                                           28213630
Ø  TEDDY WIRA HADI                                               28213829
Ø  TRISNA SOFIA PARAMITA MENDROFA          28213996
Ø  VIANY LINGGA REVI                                           29213121
Ø  WIENDA HERAWATI                                             29213279
Ø  YULIA CAHYANI                                                   29213562

KELAS                       : 1EB18
MATA KULIAH       : PEREKONOMIAN INDONESIA
DOSEN                      : ANTONI S,E. MM





A.        SAHAM
Beberapa tipe dari saham , termasuk :
Saham biasa (common stock),
Saham preferene (preferred stock),

Saham preferen biasanya memiliki prioritas lebih tinggi dibanding saham biasa dalam pembagiaan dividen dan aset , dan kadangkala memiliki hak pilih yang lebih tinggi seperti kemampuan untuk memveto penggabungan atau pengambilalihan atau hak untuk menolak ketika saham baru dikeluarkan (yaitu, pemegang saham preferen dapat membeli saham yang dikeluarkan sebanyak yang dia mau sebelum saham itu ditawarkan kepada orang lain). Saham yang biasa dijual di bursa efek adalah saham biasa dan saham preferen tidak diperjualbelikan di bursa efek .

Struktur kelas ganda memiliki beberapa kelas saham (ontohnya ,Kelas A,Kelas B,Kelas C) masing-masing dengan keuntungan dan kerugiannya sendiri-sendiri . Saham harta adalah saham yang telah dibeli balik dari masyarakat .

1.         SAHAM BIASA
Saham biasa (common stock) adalah surat berharga dalam bentuk piagam atau sertifikat yang memberikan pemegangnya bukti atas hak-hak dan kewajiban menyangkut andil kepemilikan dalam suatu perusahaan . Saham biasa mempunyai sifat kebalikan dari saham preferen (prefered stock) dalam hal pengembalian suara , pembagian deviden dan hak-hak yang lain .

Pemegang saham biasa dapat mempengaruhi kebijakan korporasi melalui proses pengambilan suara (voting) dalam pembuatan tujuan dan kebijakan , stock split dan memilih dewan direksi perusahaan . Pemegang saham biasa mempunyai keuntungan dalam bentuk deviden dan capital gain.

2.      SAHAM PREFEREN
Saham preferen (preferred stock) adalah bagian saham yang memiliki tambahan hak melebihi sahambiasa . Ada beberapa jenis saham preferen, antara lain :
A.        Saham preferen partisipasi
saham preferen yang membagikan dividen kepada pemegangnya ; pemilik saham ini setelah menerima deviden tetap mempunyai hak untuk membagi keuntungan yang dinyatakan sebagai deviden kepada pemegang saham biasa (participating preference shares)

B.        Saham preference nonkumulatif
saham preferen yang tidak mempunyai hak untuk mendapatkan dividen yang belum dibayarkan pada tahun-tahun yang lalu secara kumulatif (nonummulative preferred stock)

B.        PENILAIAN SAHAM
Expected Return
   The percentage yield that an investor forecasts from a specific investment over a set period of time.  Sometimes called the holding period return (HPR).

                                                                                                              

The formula can be broken into two parts.
Dividend Yield  +  Capital Gain



Contoh:
    PT. XYZ memperkirakan akan ada pendistribusian dividen tahun depan sebesar 3.000. Harga saham PT ini sekarang adalah 8.000 per lembar. Tahun depan diramalkan harga saham akan naik menjadi 10.000 per lembar karena perusahaan baru saja memenangkan proyek besar dari pemerintah. Berapakah Expected return dr saham PT.XYZ?
                                                                                                               r = 3000 + 10000 – 8000  = 62,5 %
                                                                                                                                                        8000
                                                                                                                       
Dividend Discount Model – Perhitungan harga saham sekarang yang menyatakan bahwa nilai saham sama dengan present value dari semua dividen yang diharapkan di terima di masa yang akan datang.


H - Time horizon for your investment.


Example
Diramalkan bahwa PT. XYZ akan membayar dividen sebesar $3, $3.24, and $3.50 untuk 3 tahun yang akan datang. Pada tahun ketiga, kalian mengantisipasi menjual saham dengan harga pasar sebesar $94.48. Berapakah harga saham apabila diketahui 12% expected return?

 




                                                                                                        

Dividen Bertumbuh Secara Konstan (Constant Growth Model)
Dividen tumbuh sesuai dengan tingkat pertumbuhan perusahaan
Model ini mengasumsikan bahwa dividen tumbuh pada suatu tingkat tertentu (g) / konstan
Model ini cocok untuk perusahaan yang mature dengan pertumbuhan yang stabil
P0 = D0(1+g)/Ks-g
                                                                                                        
Saham yg memberikan sejumlah dividen yang tetap jumlahnya dalam waktu yang tak terbatas
Karena saham preferen tidak mempunyai tanggal jatuh tempo, maka penilaian saham preferen merupakan suatu perpetuitas.
                                                                                                                                            Dps
                                                                                                                                            Kps
P0 = Nilai saham preferen
Dps = dividend saham preferen
Kps = tingkat return yang disyaratkan pd saham preferen

Contoh: Microsoft mempunyai saham preferen dengan dividen yang dibayarkan sebesar Rp1.500 tiap tahun. Tingkat return yang diinginkan investor adalah 14%. Berapa nilai sekarang saham preferen?
V=Dp/kp
   = 1500/0,14
   = Rp  10.714,28


C.    INDEKS SAHAM
Untuk memberikan informasi yang lebih lengkap tentang perkembangan bursa kepada publik, BEI menyebarkan data pergerakan harga saham melalui media cetak dan elektronik. Satu indikator pergerakan harga saham tersebut adalah indeks harga saham. Saat ini, BEI mempunyai tujuh macam indeks saham: IHSG, menggunakan semua saham tercatat sebagai komponen kalkulasi Indeks.

Indeks sektoral, menggunakan semua saham yang masuk dalam setiap sektor.
Indeks LQ45 menggunakan 45 saham terpilih setelah melalui beberapa tahapan seleksi.
Indeks Individual, yang merupakan Indeks untuk masing-masing saham didasarkan harga dasar.
Jakarta Islami Index, merupakan Indeks perdagangan saham syariah.
Indeks Papan Utama dan Papan Pengembangan, indeks yang didasarkan pada kelompok saham yang tercatat di BEI yaitu kelompok Papan Utama dan Papan Pengembangan.
Indeks kompas100, menggunakan 100 saham pilihan harian kompas

1.     Jenis jenis indeks saham
endati IHSG sudah bisa menjadi indikator pergerakan pasar secara keseluruhan tapi sebagai investor tentunya tidak puas jika untuk melihat perkembangan harga dan pasar, hanya berpedoman pada satu indikator saja. Terlebih lagi sebagaimana kita ketahui saham yang diperdagangkan dan dicatatkan di Bursa Efek Indonesia struktur industrinya berbeda-beda. Jadi dengan alasan itu, maka BEI membentuk lagi beberapa indikator perdagangan, misalnya ada saham yang perhitungan indeksnya disatukan secara sektoral, ada yang individu saja dan ada pula yang berdasarkan kelompok, misalnya syariah, properti, dan indeks saham blue chips (likuid). Karena itu kini indikator perdagangan di BEI jumlah dibagi dalam beberapa kelompok, mulai dari Indeks Harga Saham Individu (IHSI), Indeks Harga Saham Sektoral, Indeks Harga Saham Likuid-45 (Indeks LQ-45), Indeks Harga saham Syariah atau yang disebut dengan Jakarta Islamic Index (JII).

Indeks Individual, menggunakan indeks harga masing-masing saham terhadap harga dasarnya, atau indeks masing-masing saham yang tercatat di BEI. Selanjutnya IHSI berubah sesuai dengan kondisi pasar. Setelah IHSI kita juga mengenal Indeks Harga Saham Sektoral (IHSS). IHSS ini sebagaimana namanya menggunakan semua saham yang termasuk dalam masing-masing sektor, misalnya sektor keuangan, pertambangan, pertanian, perumahan dan properti, perbankan dan lain-lain. Di BEI sendiri indeks sektoral terbagi atas sembilan sektor yaitu: pertanian, pertambangan, industri dasar, aneka industri, konsumsi, properti, infrastruktur, keuangan, perdagangan dan jasa, dan manufaktur. Sedangkan Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG (Composite Stock Price Index), menggunakan semua saham yang tercatat sebagai komponen penghitungan indeks.

Sementara itu untuk Indeks LQ 45, yaitu indeks yang terdiri 45 saham pilihan dengan mengacu kepada 2 variabel yaitu likuiditas perdagangan dan kapitalisasi pasar. Setiap 6 bulan terdapat saham-saham baru yang masuk ke dalam LQ 45 tersebut. Sedangkan yang dimaksud dengan Indeks Syariah atau JII (Jakarta Islamic Index) merupakan indeks yang terdiri 30 saham yang bisnis dan industrinya sesuai dengan syariat Islam. Jadi JII ini mengakomodasi syariat investasi dalam Islam atau Indeks yang berdasarkan syariah.


Dengan kata lain, dalam Indeks ini dimasukkan saham-saham yang memenuhi kriteria investasi dalam syariat Islam. Saham-saham yang masuk dalam Indeks Syariah adalah emiten yang kegiatan usahanya tidak bertentangan dengan syariah seperti: Usaha perjudian dan permainan yang tergolong judi atau perdagangan yang dilarang; Usaha lembaga keuangan konvensional (ribawi) termasuk perbankan dan asuransi konvensional; Usaha yang memproduksi, mendistribusi serta memperdagangkan makanan dan minuman yang tergolong haram; Usaha yang memproduksi, mendistribusi dan atau menyediakan barang-barang ataupun jasa yang merusak moral dan bersifat mudarat.

Di samping indikator perdagangan yang dibuat sesuai dengan jenis industrinya, BEI juga mengelompokan saham-saham yang masuk dalam kategori papan utama dan papan pengembangan. Yang masuk dalam kategori saham papan utama (main board) dan papan pengembangan (development board) ini adalah saham yang dikelompokkan sesuai dengan papan pencatatannya. Sederhananya papan utama adalah saham-saham yang kapitalisasinya besar. Sedangkan saham-saham pengembangan adalah saham-saham yang baru tercatat di BEI, dengan kapitalisasi yang lebih kecil.

2.    Penilaian Harga Saham
Informasi mengenai kinerja pasar saham seringkali diringkas dalam suatu indeks yang di sebut indeks pasar saham (stock market indexes). Indeks pasar saham merupakan indikator yang mencerminkan kinerja saham saham pasar. Karena merupakan indikator yang menggambarkan pergerakan harga-harga saham, maka indeks pasar saham juga disebut indeks harga saham (stock market index).

Indeks Harga Saham : Indeks yang menggambarkan perubahan – perubahan atau pergerakan harga masing – masing saham sejak pertama kali di keluarkan sampai pada periode tertentu. Indeks saham ini menunjukkan kinerja emitten

Indeks Harga Saham di bagi menjadi :
  1. Indeks Harga Saham Individual
  2. Indeks Harga Saham Gabungan
a. Seluruh Saham
b. Kelompok Saham ( Indeks LQ 45, & JII)
c. Jenis Usaha ( Sektoral )

Harga saham akan mengalami perubahan jika terjadi perubahan harga dasar saham secara teoritis yaitu harga penyesuaian akibat adanya aksi emitten seperti : Pembagian deviden saham, saham bonus, stock split, redemption, right issue dll.  Indeks harga saham adalah indikator atau cerminan pergerakan harga saham. Indeks merupakan salah satu pedoman bagi investor untuk melakukan investasi di pasar modal, khususnya saham.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menggunakan semua Perusahaan Tercatat sebagai komponen perhitungan Indeks. Agar IHSG dapat menggambarkan keadaan pasar yang wajar, Bursa Efek Indonesia berwenang mengeluarkan dan atau tidak memasukkan satu atau beberapa Perusahaan Tercatat dari perhitungan IHSG. Dasar pertimbangannya antara lain, jika jumlah saham Perusahaan Tercatat tersebut yang dimiliki oleh publik (free float) relatif kecil sementara kapitalisasi pasarnya cukup besar, sehingga perubahan harga saham Perusahaan Tercatat tersebut berpotensi mempengaruhi kewajaran pergerakan IHSG.

Menggambarkan suatu rangkaian informasi historis mengenai pergerakan harga masing – masing saham, sampai pada tanggal tertentu. Indeks ini merupakan bentuk pengukuran kinerja suatu saham di bursa efek.
Indeks Saham Individual
SI = ( Ps / P base ) x 100 %
SI = Indeks Saham Individual
Ps = Harga Penutupan
Pbase = Harga Perdana

Jika PT. Bank Karya pada tanggal 11 Nov 08 mencatatkan harga saham perdananya Rp. 1000,- diakhir sesi transaksi sebesar Rp. 1250,- tentukan nilai SI nya?
SI = ( Ps / Pbase ) x 100 %
SI = ( 1250 / 1000 ) x 100 % = 125 %
Artinya saham PT. Bank Karya mengalami kenaikan sebesar 25 poin.

Indeks Harga Saham : Indeks yang menggambarkan perubahan – perubahan atau pergerakan harga saham gabungan seluruh saham sejak pertama kali di keluarkan sampai pada periode tertentu. Indeks ini menunjukkan kinerja suatu saham gabungan di bursa efek . Indeks Harga Saham Kelompok Menggambarkan rangkaian informasi historis mengenai pergerakan harga saham kelompok suatu saham, sampai pada tanggal tertentu.

Indeks Harga Saham Gabungan atau yang lebih dikenal dengan IHSG, tentu menjadi sebuah istilah yang akrab di telinga sebagian masyarakat. Terlebih bagi para investor pasar saham. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) adalah indeks yang mengukur harga saham yang dijual di bursa. Secara garis besar merupakan suatu alat ukur/indikator dari pergerakkan harga-harga saham yang ditransaksikan di suatu bursa efek dalam kurun waktu tertentu. Bagi investor, IHSG dapat dijadikan suatu pedoman dalam mengambil keputusan berinvestasi namun ini tidak mutlak harus diikuti karena dalam memutuskan untuk membeli atau menjual saham hendaknya berdasarkan informasi yang tepat dan matang, tingkat pertumbuhan yang diharapkan dan jangka waktu yang ditetapkan. IHSG merupakan salah satu indikator penting bagi perekonomian suatu Negara.

Naik turunnya IHSG menunjukkan naik turunnya minat investasi, khususnya yang dilakukan melalui lantai bursa. Dibandingkan dengan bentuk-bentuk investasi lain, investasi di lantai bursa memang lebih genuine dalam mengukur minat publik dalam berinvestasi. IHSG bisa menunjukkan kemampuan lingkungan ekonomi dalam menarik minat investor. Secara sederhana naiknya IHSG menggambarkan bahwa lingkungan ekonomi tampak semakin menarik bagi investor.



E.    PERKEMBANGAN IHSG
Indeks Harga Saham Gabungan (disingkat IHSG, dalam Bahasa Inggris disebut juga Jakarta Composite Index, JCI, atau JSX Composite) merupakan salah satu indeks pasar saham yang digunakan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI; dahulu Bursa Efek Jakarta (BEJ)). Diperkenalkan pertama kali pada tanggal 1 April 1983, sebagai indikator pergerakan harga saham di BEJ, Indeks ini mencakup pergerakan harga seluruh saham biasa dan saham preferen yang tercatat di BEI. Hari Dasar untuk perhitungan IHSG adalah tanggal 10 Agustus 1982. Pada tanggal tersebut, Indeks ditetapkan dengan Nilai Dasar 100 dan saham tercatat pada saat itu berjumlah 13 saham. Posisi tertinggi yang pernah dicapai IHSG adalah 3.357,032 poin yang tercatat pada 15 September 2010.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) merupakan salah satu indikator untuk membantu pergerakan harga saham. IHSG merupakan gambaran bagi para investor untuk melakukan investasi portofolio di pasar modal. Dengan melihat IHSG para investor dapat memprediksikan kemungkinan-kemungkinan yang bakal terjadi di pasar modal seperti harga saham dan keuntungan yang akan diperoleh. Walaupun demikian kemungkinan-kemungkinan ini bisa saja tidak sesuai dengan harapan yang ingin didapat oleh para investor setelah mereka melakukan investasi portofolio tersebut, karena tingkat risiko yang akan diterima hampir sama dengan tingkat keuntungan yang akan diraih. Jadi dengan adanya IHSG ini sangat membantu para investor untuk melakukan investasi portofolio di pasar modal.



Pada tahun 1992 Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Indonesia berada pada posisi 274,34 dengan tingkat keuntungan atau return IHSG yang diraih sebesar 18,4 persen. Sedangkan pada tahun 1993 IHSG meningkat menjadi berada pada posisi 588,77 dengan tingkat return IHSG yang diraih meningkat juga menjadi sebesar 114,6 persen. Sedangkan pada pada tahun 1994 IHSG menurun menjadi berada pada posisi 469,64 dengan tingkat return yang diraih sebesar - 20,2 persen yang diakibatkan oleh perekonomian yang belum stabil. Dan pada tahun-tahun berikutnya IHSG dan return IHSG mengalami fluktuasi yang diakibatkan oleh belum kondusifnya perekonomian dalam negeri baik dari segi ekonomi, sosial,dan keamanan.
Pada tahun 1998 IHSG di Indonesia berada pada posisi 398,03 dengan return yang diterima menurun menjadi sebesar 0,9 persen. Hal ini disebabkan karena terjadinya krisis moneter yang melanda Indonesia sehingga menyebabkan harga-harga barang naik secara keseluruhan yang diakibatkan oleh terpuruknya mata uang nasional. Dan juga menyebabkan para investor banyak yang mengalami kerugian sehingga banyak perusahaan yang harus bangkrut. Dan pada tahun-tahun berikutnya IHSG serta returnnya mengalami fluktuasi yang diakibatkan oleh terjadinya pergantian presiden dari masa orde baru ke masa reformasi dan terjadinya kenaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) yang menyebabkan perekonomian tidak stabil.
Indeks harga saham gabungan (IHSG) atau composite stock price index menggunakan seluruh saham tercatat sebagai komponen penghitungan indeks. Masing-masing pasar modal memiliki indeks yang dibentuk berdasarkan saham-saham yang dipakai sebagai dasar dalam perhitungan indeks haraga. Sebagai contoh IHSG di masing-masing negara memiliki tingkat perkembangan yang berbeda. Tabel 3.4 menyajikan perkembangan IHSG di Asia Pasifik termasuk indonesia selama tahun 2005 hingga 2007. Dalam tiga tahun tersebut perkembangan IHSG di indonesia menunjukkan pertumbuhan yang baik mencapai lebih dari 51% dan berada pada peringkat ketiga. Hal ini menunjukkan bahwa perkembangan pasar modal di Indonesia semakin membaik.
Tabel 3.4 Perkembangan IHSG di Asia Pasifik 2005-2007
Panel B : Perkembangan IHSG di Asia Pasifik 2006-2007

Negara         29 Desember 06                      27 Desember 07                 %
Shenzhen         550,59                                     1.453,47                      163,98
Shanghai         2.675,47                                  5.308,89                      98,43
Indonesia        1.805,52                                  2.739,704                    51,74
Mumbai           13.786,91                                20.216,72                    46,64
Hong Kong     19.964,72                                27.842,93                    39,46
Malaysia          1.096,24                                  1.437,82                      31,16
Thailand          679,84                                     852,06                         25,33
Philipina          2.982,54                                  3.667,64                      22,97
Singapura        2.985,83                                  3.477,20                      16,46
DowJones       12.463,15                                13.359,61                    7,19
Taiwan                        7.823,72                                  8.313,72                      6,26
Jepang             17.225,83                                15.564,69                    (9,64)
Tabel 3.4 Perkembangan IHSG di Asia Pasifik 2005-2007
Panel A : Perkembangan IHSG di Asia Pasifik 2005-2006

Negara                     30 Desember 05   27 Desember 06         %
Shanghai                     1161,06           2536,39                       118,45
Shenzhen                     278,75             545,58                         95,72
Indonesia                    1162,64           1803,264                     55,11
Mumbai                       9347,93           13859,69                     48,26
Philipina                      2096,04           2883,47                       37,57
Hong Kong                 14876,43         19725,73                     32,60
Singapura                    2347,34           2959,41                       26,08
Malaysia                      899,79             1083,22                       20,39
Taiwan                                    6548,34           7733,18                       18,09
DowJones                   10717,50         12510,57                     16,73
Jepang                         16111,43         17223,15                     6,90
Thailand                      713,73             689,84                         (3,35)
Pada tahun 2008 IHSG di Indonesia menurun menjadi berada posisi 1.355,41 dengan return yang diraih menurun menjadi sebesar – 50,6 persen. Hal ini disebabkan karena terjadinya krisis finansial di Amerika Serikat sehingga banyak perusahaan-perusahaan mengalami kebangkrutan yang berefek pada banyaknya para investor yang mengalami kerugian yang sangat besar dan berefek pada investasi portofolio yang ada di pasar modal mengalami penurunan drastis.
F.         METODE PERHITUNGAN IHSG
Metode perhitungan ihsg
·         Metode Rata – Rata
Penjumlahan harga saham yang di transaksikan dibagi dengan faktor pembagi tertentu. IHSG dengan Metode rata – rata di rumuskan :
IHSG = ( Jumlah Ps / Jumlah Pbase )
·         Metode Rata – Rata tertimbang
Metode ini menggunakan pembobotan harga pasar saham dan harga dasar saham. Metode yang di gunakan :
Metode Paasche ( IHSG = Jumlah Ps x Ss / Jumlah Pbase x Ss ) Ss = jumlah saham beredar ( outstanding shares )
Metode Laspeyres ( IHSG = Jumlah Ps x So / Jumlah Pbase x So ) So = Jumlah saham yang dikeluarkan pada hari dasar.
Pertama-tama akan dihadirkan metode-metode yang umumnya digunakan untuk menyusun indeks saham. Secara umum, ada dua jenis rumusan untuk membentuk indeks saham. Pertama rumus atau metode yang dikenal dengan nama Weighted Average. Rumusnya adalah (Sigma)PxQ/Nd kemudian dikali dengan 100.
P adalah harga saham di pasar reguler. Q adalah bobot saham (jumlah saham yang tercatat di Bursa HYPERLINK "http://bursa.ariefew.com/bursa-efek-indonesia/"Efek Indonesia). Nd adalah nilai dasar, yaitu nilai yang dibentuk berdasarkan jumlah saham yang tercatat di BEI yang masuk dalam daftar penghitungan indeks.
Nilai dasar bisa berubah jika ada aksi korporasi yang menyebabkan jumlah saham berkurang atau bertambah. Sederhananya, setiap saham dihitung terlebih dahulu kapitalisasi pasar. Kemudian dijumlahkan seluruh kapitalisasi pasar per saham atas sahamsaham yang diperhitungkan dalam indeks, lalu dibagi dengan nilai dasar, kemudian dikalikan dengan 100.
kapitalisasi pasar per saham yang di total ini berbeda dengan nilai kapitalisasi pasar seluruh saham di BEI, karena ada sahamsaham yang tidak perhitungkan dalam penghitungan indeks.Saham saham yang tidak diperhitungkan ini menjadi rahasia BEI. Pihak BEI memiliki kriteria sendiri atas sahamsaham yang bisa dimasukkan dalam penghitungan IHSG.
Jadi boleh dibilang, IHSG merupakan nilai representatif atas ratarata harga seluruh saham di BEI berdasarkan jumlah saham tercatat. Itulah kenapa disebut sebagai Weightened Average nilai harga ratarata terhadap bobot atau jumlah saham.
Rumus kedua adalah apa yang disebut sebagai Average. Penghitungannya mirip dengan rumus pertama. Hanya saja, tidak memasukkan bobot atau jumlah saham tercatat dalam penghitungan. Rumusnya adalah (Sigma)P/Nd dikali 100. dimana p adalah Harga Penutupan di Pasar Reguler,x adalah Jumlah Saham, dan d adalah Nilai Dasar.
Metode ini dipakai oleh indeks saham industri Dow Jones (Dow Jones Industrial Average/DJIA). Alasan indeks ini tidak memasukkan bobot sebagai pengali harga saham karena DJIA merupakan indeks 30 saham terpilih di bursa New York. Sebanyak 30 saham yang masuk dalam DJIA diasumsikan telah memiliki bobot yang setara, sehingga penghitungan bobot dianggap tidak perlu lagi. Sebagai catatan, 30 saham ini boleh dibilang mewakili setiap industri di Amerika Serikat (AS) dan memiliki likuiditas transaksi yang tinggi. Kalau boleh disamakan, indeks LQ45 memiliki karakter yang mirip dengan DJIA, meskipun rumus penghitungan yang dipakai tetap sama seperti rumus yang dipakai dalam menghitung IHSG.
Dasar perhitungan IHSG adalah jumlah Nilai Pasar dari total saham yang tercatat pada tanggal 10 HYPERLINK "http://id.wikipedia.org/wiki/10_Agustus"Agustus 1982. Jumlah Nilai Pasar adalah total perkalian setiap saham tercatat (kecuali untuk perusahaan yang berada dalam program restrukturisasi) dengan harga di BEJ pada hari tersebut. Formula perhitungannya adalah sebagai berikut:
Perhitungan Indeks merepresentasikan pergerakan harga saham di pasar/bursa yang terjadi melalui sistem perdagangan lelang. Nilai Dasar akan disesuaikan secara cepat bila terjadi perubahan modal emiten atau terdapat faktor lain yang tidak terkait dengan harga saham. Penyesuaian akan dilakukan bila ada tambahan emiten baru, HMETD (right issue), partial/company listing, waran dan obligasi konversi demikian juga delisting. Dalam hal terjadi stock split, dividen saham atau saham bonus, Nilai Dasar tidak disesuaikan karena Nilai Pasar tidak terpengaruh. Harga saham yang digunakan dalam menghitung IHSG adalah harga saham di pasar reguler yang didasarkan pada harga yang terjadi berdasarkan sistem lelang.
Perhitungan IHSG dilakukan setiap hari, yaitu setelah penutupan perdagangan setiap harinya. Dalam waktu dekat, diharapkan perhitungan IHSG dapat dilakukan beberapa kali atau bahkan dalam beberapa menit, hal ini dapat dilakukan setelah sistem perdagangan otomasi diimplementasikan dengan baik.

G.    TUJUAN PENILAIAN SAHAM
Saham merupakan aset finansial yang dapat dijadikan investasi Penilaian saham dilakukan utk menentukan apakah saham yg akan dibeli atau dijual akan memberikan tingkat return yang sesuai dengan return yang diharapkan.
Nilai saham dibedakan menjadi:
·         nilai buku,
·         nilai pasar, dan
·         nilai instrinsik.
·         Nilai buku (book value)
Nilai buku per lembar saham adalah nilai aktiva bersih (net assets) yang dimiliki pemilik dengan memiliki satu lembar saham .Dilihat dari laporan keuangan perusahaan yang bersangkutan .
·         Nilai pasar (market value)
Harga saham dibursa saham pada saat tertentu .
Ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham yang bersangkutan di pasar bursa .
·         Nilai intrinsik (intrinsik value)
·         Nilai sebenarnya / seharusnya dari suatu saham .
·         Alon investor menghitung nilai instrinsik saham untuk memutuskan strategi investasinya .
·         Jika nilai pasar  > nilai instrinsik > overvalued > jual
·         Jika nilai pasar < nilai instrinsik > undervalued >beli.
Menentukan nilai intrinsik
Analisis fundamental
 Menghitung nilai instrinsik menggunakan data keuangan perusahaan
Analisis teknikal
 Menghitung nilai instrinsik dari data perdagangan saham (harga dan volumen penjualan ) yang telah lalu .
Analisis teknikal
Terdapat pola pergerakan harga saham yang diyakini akan berulang . Menggunakan grafik (chart) untuk menemukan pola pergerakan harga saham . Support level
·         Tingkat kisaran harga, pada saat analis mengharapkan akan terjadi peningkatan yang signifikan atas permintaan saham di pasar ( lower boundary = batas bawah ) Resistance level .
·         Tingkat kisaran harga, pada saat analisis berharap terjadi peningkatan yang signifikan atas penawaran saham di pasar ( upper boundary = batas atas)

Analisis ini merupakan upaya untuk memperkirakan harga saham dengan mengamati perubahan harganya diwaktu lalu. Analisis ini didasarkan pada argumen bahwa :
Harga saham menerminkan informasi yang relevan .
Informasi yang relevan ditunjukan oleh perubahan harga di waktu lalu .
Perubahan harga saham akan mempunyai pola  tertentu dan pola tersebut akan berulang .
Alat analisis pada analisis teknikal adalah didasarkan pada grafik atau chart , sehingga para penganut aliran ini sering disebut chartist .
Analisis fundamental
Tahapan :
·         Proses analisis “Top-down”.
·         Analisis ekonomi dan pasar modal
·         Analisis industri
·         Analisis perusahaan
Analisis ekonomi
Terdapat hubungan yang erat antara kondisi ekonomi global dan nasional terhadap kinerja pasar modal suatu negara, apalagi terhadap suatu perusahaan
Menganalisis variabel ekonomi makro suatu negara, spt: Produk domestik bruto (GNP), Tingkat pengangguran, tingkat inflasi, kurs valuta asing, investasi swasta, dan tingkat bunga.

Analisis industri
Diperlukan untuk memilih industri yg memiliki prospek yang menguntungkan.
Beberapa penelitian menyebutkan;
·         Industri yang berbeda mempunyai tingkat return yang berbeda
·         Tingkat return masing-masing industri berbeda disetiap tahunnya
·         Tingkat return perusahaan-perusahaan di suatu industri yang sama, terlihat cukup beragam
·         Tingkat risiko industri juga beragam
·         Tingkat risiko suatu industri relatif stabil sepanjang waktu
 Daur hidup industri (dikaitkan dengan nilai penjualan):
   Thp Permulaan  Pertumbuhan  Kedewasaan  Stabil  Penurunan
Persaingan dalam industri  Michael Porter Five Forces of Competitive  Internal Rivalry, New Entrants, Supplier, Consumers, dan Substitution.
Analisis perusahaan
~ Analisis Fundamental:
Ada dua pendekatan dalam analisi fundamental:
·         Present value approach (capitalization of income method)
·         Price earning ratio approach.
1. Present value approach
·          nilai saham dihitung dg mendiskontokan arus kas masa depan yg diterima investor (diwakili o/ dividen)  dividend discounted model

2.         P/E ratio approach
·         rasio harga pasar saham terhadap laba
·         menunjukkan berapa besar investor menilai harga saham dari kelipatan laba yang dilaporkan perusahaan.
            2 komponen utama dalam menganalisis perusahaan adalah Earning per share (EPS) dan Price Earning Ratio (PER).Kedua komponen dpt dipakai mengestimasi nilai instrinsik saham ,dividen yang dibayarkan berasal dari earning dan ada hubungan antara perubahan earning dengan perubahan harga saham.
H.     FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IHSG
Sekarang akan dibahas mengenai faktor-faktor apa saja yang membuat level IHSG bergerak naik atau turun. Pertama tentunya harga saham. Namun tidak hanya itu. Kenaikan atau penurunan tajam harga satu saham memang berpengaruh terhadap pergerakan IHSG. Namun seberapa besar kenaikan itu mempengaruhi IHSG tergantung pada bobot saham tersebut.
Jadi sederhananya, kenaikan atau penurunan IHSG sangat bergantung pada pergerakan saham-saham berkapitalisasi besar. Berangkat dari sinilah kemudian muncul beberapa saham yang disebutsebut sebagai motor penggerak IHSG.
Sebut saja saham PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM). Saham ini memiliki saham tercatat mencapai 20,159 miliar saham. Dengan harga saat ini sebesar Rp 8.700, maka kapitalisasi pasar TLKM mencapai Rp 175,383 triliun.
Nilai itu mencapai 10% dari total nilai kapitalisasi pasar seluruh saham di BEI yang masuk dalam penghitungan IHSG. Kapitalisasi pasar BEI saat ini sekitar Rp 1.700 triliun. Dengan kapitalisasi pasar sebesar itu, kenaikan atau penurunan harga sebesar Rp 50 poin saja akan memberikan pengaruh pada level IHSG.
Saham TLKM memang tercatat sebagai saham dengan kapitalisasi terbesar di BEI. Lain halnya dengan saham PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR). Saham BNBR yang tercatat di BEI mencapai 93,721 miliar saham, jauh lebih besar dari TLKM.
Akan tetapi, harga saham BNBR saat ini sebesar Rp 127 yang berarti nilai kapitalisasi pasar BNBR sebesar Rp 11,902 triliun. Angka tersebut tidak sampai 1% dari kapitalisasi pasar BEI.
Jadi, meskipun BNBR mengalami kenaikan harga atau penurunan harga sebesar 35% pun tidak akan memberi pengaruh besar terhadap perubahan level IHSG. Lain halnya jkalau suatu saat harga saham BNBR mencapai Rp 5.000, dapat dipastikan kenaikan atau penurunan tipis harga saham BNBR akan memberi pengaruh besar pada level IHSG.
Oleh sebab itu, jika level IHSG naik tajam, dapat dipastikan hal itu didorong oleh kenaikan hargaharga saham berkapitalisasi besar atau yang lebih dikenal sebagai Huge Cap. Jadi wajar saja, kalau saham TLKM naik tajam, level IHSG pun akan terkerek naik secara tajam pula.
Kelemahan penghitungan ini adalah karena rumus ini memasukkan sahamsaham yang kurang aktif diperdagangkan serta memasukkan faktor bobot atau jumlah saham secara keseluruhan dalam penghitungannya.
Contohnya, saham TLKM hanya ditransaksikan sebanyak 1 lot dan mengalami kenaikan sebesar Rp 300 hari ini. Kapitalisasi pasar yang terbentuk mewakili seluruh 20,159 miliar saham TLKM. Jadi level IHSG sudah pasti akan terangkat.
Dan metode ini ikut memasukkan sahamsaham yang kurang aktif diperdagangkan, malah terkadang tergolong saham tidur. Ini akan memangkas representasi pasar IHSG secara riil, karena sahamsaham yang tidak ditransaksikan ikut dimasukkan dalam penghitungannya.
Kendati demikian, BEI menganggap metode yang dipakai ini sudah cukup mewakili pergerakan seluruh saham harian di lantai bursa.

I.     KEGUNAAN IHSG
            Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berguna untuk melihat perubahan harga saham secara keseluruhan di pasar. Baik kenaikan maupun penurunan harga saham di lantai bursa bisa dilihat dari kenaikan dan penurunan IHSG ini. Misalkan, nilai IHSG selama tiga hari berturut-turut adalah 4.937,417; 4.899,354; dan 4.925,152, hal ini berarti ada penurunan harga 38,063 poin dari hari ke-dua terhadap hari sebelumnya dan terjadi kenaikan 25,798 poin dari hari ke-dua ke hari ke-tiga.
            Penurunan IHSG atau kenaikan IHSG ini bukan menyatakan seluruh harga saham yang tercatat di bursa mengalami penurunan atau kenaikan. Kenaikan IHSG ini menyatakan bahwa harga saham yang tercatat di bursa tersebut cenderung mengalami kenaikan lebih banyak dan lebih besar daripada harga saham yang mengalami penurunan.
            Begitu pula dengan IHSG yang turun, hal ini menyatakan bahwa penurunan harga cenderung lebih banyak dan lebih besar daripada harga saham yang mengalami kenaikan. Artinya investor yang melihat IHSG mengalami kenaikan belum tentu harga saham yang sedang portofolionya mengalami kenaikan.
            Ada kemungkinan IHSG yang sedang naik di mana harga saham yang dalam portofolionya mengalami penurunan dikarenakan saham-saham yang harganya turun pada pasar dan pada perhitungan IHSG.
            IHSG bisa digunakan untuk melihat perkembangan harga saham dari waktu ke waktu atau dari sejak IHSG tersebut dihitung. IHSG Bursa Efek Indonesia (BEI) dihitung mulai Agustus tahun 1982 dengan nilai 100 dan hingga hari ini IHSG telah mencapai angka 4978. Hal ini berarti IHSG BEI telah mengalami kenaikan 48,7 kali dari nilai awal IHSG.
            Dengan waktu yang panjang tersebut, harga saham di bursa mengalami kenaikan dan penurunan. Bila ditelusuri, ada harga saham di BEI yang telah naik sebesar kenaikan IHSG tersebut. Namun, ada juga harga saham yang tidak banyak berubah dari harga semula atau harga IPO.
            Kegunaan lain dari IHSG adalah sebagai patokan untuk portofolio saham bagi investor atau manajer investasi. Angka yang digunakan sebagai perhitungan dalam bentuk persentase bila IHSG digunakan sebagai patokan.
            Jika kenaikan IHSG lebih tinggi daripada kenaikan portofolio investor atau manajer investasi, portofolio yang dikelola tidak berkinerja baik. Kinerja portofolio dianggap berkinerja bagus jika kenaikan IHSG lebih rendah daripada kenaikan portofolio investasi investor atau manajer investasi.

J.     INDEKS HARGA SAHAM
Ø   Angka Dasar
·         Indeks harga saham merupakan cermin dari fluktuasi harga saham di pasar yang dinyatakan dalam suatu angka dan didasarkan pada angka dasar tertentu
·         Angka dasar merupakan angka indeks awal sebelum harga pasar terbentuk
·         Angka dasar ditetapkan oleh masing-masing Bursa Efek, yaitu 100, 500, atau 1.000

Ø   Perubahan
·         Begitu harga pasar terbentuk untuk detik yang pertama kali, berarti indeks harga saham sudah berubah, mungkin di atas mungkin di bawah angka dasar
·         Dalam setiap detik perdagangan efek terjadi transaksi bursa, sehingga angka indeks saham individu dan indeks saham gabungan berubah



Ø   Perubahan Total Nilai Dasar
·         Indeks harga saham berubah karena harga saham di pasar berubah
·         Indeks harga saham juga dapat berubah karena perubahan total nilai dasar saham
·         Perubahan total nilai dasar saham terjadi karena perusahaan mengeluarkan modal saham tambahan melalui right issue, waran, dan convertible bonds
·         Saham bonus dan split tidak mengubah total nilai dasar

Ø   Struktur Modal: Sebelum dan Sesudah Right Issue

Ø   Jenis –Jenis
  • Jenis-jenis indeks harga saham, yaitu:
o   Indeks harga saham individu
o   Indeks harga saham parsial
o   Indeks harga saham gabungan (composite index)

·         Setiap pihak boleh membuat indeks parsial untuk kepentingan sendiri

Ø   Return Saham
·         Indeks harga saham banyak digunakan untuk menganalisis return saham

·         Return saham yang dihitung dengan menggunakan harga saham dalam rupiah sangat berbahaya apabila selama periode pembanding harga tersebut telah terjadi corporate action
Ø   Return Saham dengan Adjusted Price
·                                                                 Penggunaan rupiah hanya dibenarkan dalam menghitung return saham, jika harga pasar sebelum corporate action disesuaikan dengan corporate action sehingga terbentuk adjusted price

·                                                                 Harga pasar sekarang (setelah corporate action) dibandingkan dengan adjusted price akan menghasilkan return yang benar
Ø   Return Tahunan
·                                                                 Untuk menghitung return tahunan dari sejumlah saham yang diteliti, tentu akan sangat sukar mencari adjusted price setiap jenis saham yang diteliti itu, sehingga cara ini tidak praktis
Ø   Return dengan Indeks Individu
·                                                                 Cara yang mudah untuk menghitung return saham bulanan atau tahunan adalah dengan menggunakan indeks harga saham individu, karena tidak perlu memperhatikan lagi ada tidaknya corporate action
Ø   Return dalam Rupiah
·         Jika dalam suatu periode waktu tidak ada tindakan corporate action yang dilakukan perusahaan yang return-nya akan dianalisis, maka harga saham dalam nilai rupiah dapat digunakan

·         Apabila masih ingin menggunakan harga saham dalam nilai rupiah walaupun ada tindakan corporate action, maka harga saham sebelum corporate action harus disesuaikan atau dikoreksi secara proporsional




Ø   Estimasi Return
            Mengetahui secara pasti berapa return yang akan diperoleh dari suatu investasi di masa mendatang adalah pekerjaan yang sangat sulit, bahkan mustahil. Return investasi hanya bisa diperkirakan melalui pengestimasian. Return investasi di masa datang adalah return harapan dan sangat mungkin berlainan dengan return aktual yang diterima. Jika seorang investor misalnya mengharapkan return suatu investasi sebesar 10%, maka mungkin saja tingkat return aktual yang akan diperoleh tidak sama dengan 10%, bisa kurang atau lebih. Pada dasarnya, tingkat return harapan sebesar 10% tersebut hanyalah sebuah angka etimasi yang kenyataannya mungkin bisa di bawah atau di atas angka tersebut.


Berikut ini akan diberikan contoh perhitungan return harapan dari suatu sekuritas ABC berdasarkan skenario kondisi ekonomi seperti dalam tabel 4.1. di bawah ini:
           



Tabel 4.1. Distribusi probabilitas Return Sekuritas ABC

Kondisi ekonomi
Probabilitas
Return
Ekonomi kuat
0,30
0,20
Ekonomi sedang
0,40
0,15
Resesi
0,30
0,10

Perhitungan return harapan dari sekuritas ABC tersebut bisa dihitung rumus 4.2 di atas, seperti berikut ini :
            E(R) = [(0,30) (0,20)] + [(0,40) (0,15)] + [(0,30) (0,10)]
                    = 0,15
            Jadi, return harapan dari sekuritas ABC adalah 0,15 atau 15%

      Metode aritbmetic mean adalah metode perhitungan statistik yang biasa kita pakai untuk menghitung nilai rata-rara, dan biasanya diberi simbol x bar .secara matematis ,rumus arithmatic
      bisa dituliskan sebagai berikut :

      Dimana     
          adalah penjumlahan nilai return selama suatu periode n adalah total jumlah periode .
      Contoh : Aset ABC selama 5 tahun memberikan return berturut-turut
      sebagai berikut:
      Tahun Return (%) Return Relatif (1 + return)
      

      Return berdasar metode arithmetic mean: Return berdasar metode geometric mean:
      

      Hasil perhitungan metode arithmetic mean diatas adalah nilail rata-rata return selama 5 tahun. Akan tetapi metode arithmetic mean   kadangkala bisa menyesatkan terutama jikapola distribusi return
      selama suatu periode mengalami presentase perubahan yang sangat fluktuatif .oleh karena itu , ada suatu metode lain yang disebut sebagai geometric mean , yang bisa menggambbarkan secacra lebih akurat “nilai rata –rata yang sebenarnya “ dari suatu distribusi return selama suatu periode tertentu . rumus untuk menghitung geometric mean adalah sebagai berikut :
   

      Dalam hal ini Rn adalah return relatif pada periode n . return relatif diperbolehkan dari penjumlahan  1,0 terhadap return . penambahan nilai 1,0 tersebut berguna untuk menghilangkan niali negatif
      dalam perhitungan geometric mean .jika distribusi return aset ABC seperti tabel diatas ,mamka kita hitung denga metode geometric mean , maka hasil yang kita dapatkan adalah

G = [(1 + 0,1525) (1 + 0,2035) (1 – 0,1750) (1 - 0,1075)
(1 + 0,1540)]1/5 – 1
= [(1,1525) (1,2035) (0,8250) (0,8925) (1,1540)]1/5 – 1
= (1,1786) 1/5 – 1
= 1,0334 – 1
= 0,334 = 3,34%

Dari perbandingan perhitungan kedua metode ini , hasil perhitungan metode geometric mean lebih kecil dari hasil perhitungan metode  arithmetic mean . mengapa demikian ? hal ini disebabkan perhitungan geometric mean adalah perhitungan yang bersifat pelipatgandaan (compounding) dari aliran return selama periode tertentu .perhitungan seperti ini memang menghasilkan nilai yang lebih kecil dibanding perhitungann  arithmetic mean . disamping itu , geometric mean selalu bernilai lebih kecil kareana metode ini merefleksikan variabilitas return dalam suatu periode tertentu .Kapan sebaiknya kita menggunakan geometricmean atau  arithmetic mean  untuk menghitung tingkat perubahan aliran return pada periode yang bersifat serial dan kumulatif (misalnya 5 atau 10 tahun berturut-turut  ),sebaiknya menggunakan metode geometric mean ,sedangkan arithmetic mean kan lebih baik dipakai untuk menghitung nilai rata –rata aliran return yang  tidak bersifat kumulatif

K.     ANALISIS SAHAM
Ø   Tipe Investor


Ø   Pendekatan Relatif
·     Analisis saham yang mudah dipraktikkan adalah pendekatan relatif, yang meliputi:
o   Price Earnings Ratio (PER)
o   Price Dividend Ratio (PDR)
o   Price Book Value Ratio

Ø   Estimasi Harga
·         Dalam menentukan estimasi harga yang akan digunakan untuk mengajukan tawaran beli dan tawaran jual, kita dapat menggunakan rumus:

      P
= E × R atau P = D × R atau P = B × R

·         R atau ratio diambil dari pengalaman sebelumnya, sementara rata-rata bulanan/tahunan E (earnings), D (dividend), dan B (book value) diestimasi berdasarkan laporan keuangan terakhir yang diterbitkan, sehingga selalu berubah setiap ada terbitan baru

Ø   P.E.R dan Siklus Ekonomi: Up Trend



Ø   Dividend Discounted Cash Flow
·         Pendekatan dividend discounted cash flow tidak berlaku jika:
o   Growth lebih besar daripada k (cost of capital)
o   Tidak ada pembagian dividen tunai
o   Dividen tunai berubah setiap tahun

Ø   Estimasi Harga Menurun
·         Jika ROE turun dan plowback ratio tetap, maka estimasi harga saham akan menurun

L.      WARANT and RIGHT
1.      Warant
  • Suatu opsi yang dikeluarkan oleh suatu perusahaan yang memberikan hak kepada pemegangnya untuk membeli sejumlah lembar saham pd harga yang telah ditentukan.
  • Biasanya warrant diterbitkan bersama obligasi. Sebagai bonus krn membeli obligasi
  • Sebagai pemanis/sweetener penerbitan obligasi

2.      Right
  • Para pemegang saham mempunyai hak option untuk membeli sejumlah saham baru.
  • Setiap pemegang saham mempunyai satu right untuk setiap lembar saham yang dimiliki.
  • Apabila pemegang saham tidak ingin membeli tambahan saham baru maka ia bisa menjual rights nya ke orang yang mau membeli saham tersebut.

Referensi

  1. Brigham, Eugene F dan Michael C. Ehrhardt (2005) Financial Management : Theory and Practice. Eleventh Edition, Cincinnati, Ohio South-Western Publishing Company, (BE)
  2. Brealey, Richard A, Steward C. Meyer, dan Frnklin Allen (2006). Corporate Finance, Eight Edition. New York : Irwin/Mc Graw-Hill. (BMA)
  3. Ross, Stephen A, Randolph W. Westerfield, dn Jeffrey Jaffe (2005). Corporate Finance. New York : McGraw-Hill/Irwin (RWJ)
  4. DeMello, Ji (2006), Cases in Finance. Second Edition. (Diterjemahkan dalam bahasa Indonesia oleh Ika Permatasari). New York : Irwin/M-Graw-Hill. (D)
  5. Suwandi dan Bambang Sudiatno. Manajemen Keuangan. Bahan Modul Kuliah.
  6. Searching Internet, a.l.:http://id.wikipedia.org/wiki/Stora_Kopparberg, jakarta stock exchange; www.idx.co.id, www.yahoo.finance.com